Usai sambutan Prof Sutarman, Rektor IKOPIN University Prof. Dr. Ir. H. Agus Pakpahan, MS juga menyebutkan angka prevalensi stunting Provinsi Jawa Barat adalah 20,2%, masih di atas minimum yang ditetapkan WHO, sedangkan untuk 27 kabupaten/kota memiliki disparitas yang tinggi antara 27,6 hingga 6%, sedangkan target Provinsi Jawa Barat mencapai 14% pada tahun 2024 patut mendapat dukungan dari semua pihak, agar target tersebut dapat diraih melalui kerjasama multi pihak (penthahelic).
Prof Agus mengungkapkan bahwa diskusi ini sejatinya bermuara pada gerakan budaya masyarakat yang menghasilkan solusi ketahanan pangan dan stunting diketuai Kepala Kejaksaan Tinggi atau Kapolda Jabar dengan anggota pemegang tugas dan fungsi kesehatan masyarakat di Jawa Barat.
Selain itu, seluruh perguruan tinggi dan lembaga akademis terkait, menjadi lembaga supporting untuk masukan pengetahuan, teknis, dsb yang bersifat substantif termasuk mahasiswanya ikut menjadi bagian gerakan. Dinas-dinas terkait ketahanan pangan dan lembaga kesehatan seperti rumah sakit, dinas kesehatan dan rumah sakit TNI menjadi bagian operasional penanganan stunting.
Sambung Prof Agus, sinergi juga perlu dilakukan dengan mengajak setiap kelurahan, bahkan RW dibuat dapur umum perbaikan nutrisi untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak balita.
“Dapur umum dikelola oleh “tentara masuk desa” dibimbing tenaga-tenaga kesehatan dari berbagai lembaga, bekatul dijadikan pangan balita dan ibu hamil, serta ibu sedang menyusui, diolah dan disajikan dalam dapur umum,” terang Prof Agus.
Terakhir, Prof Agus berharap diskusi ini tidak sebatas hanya diskusi secara seremoni tapi juga ada gerakan implementatif selanjutnya.