CIREBON (otonominews.id) – Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia Prof. Rokhmin Dahuri mengagumi capain UMC dalam beberapa tahun terakhir, khususnya konsep pengembanagn desa wisata yang bisa menjadi contoh nasional.
Hal ini disampaikan Prof Rokhmin di sambutan di penutupan sekaligus Loka Karya Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Muhammadiyah Cirebon 2023 dengan tajuk ” Eksplorasi Eduwisata dan Desa Bebas Stunting Berbasis Community Service Untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Jabar Juara” di Gedung Djuanda UMC, Sabtu (16/9/2023).
Menurut Prof Rokhmin, mewujudkan desa wisata menjadi tantangan terbesar dalam pembangunan nasional. Pasalnya desa yang menjadi bagian penting dari pembangunan nasional seringkali dinilai tidak mampu berkembang dan masih bergantung kepada negara. Dana desa yang merupakan realisasi dari Program Nawacita menjadi kesempatan emas bagi seluruh desa di Indonesia untuk memulai pembangunan desa, meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa, dan mewujudkan desa unggul di bidang wisata.
Keberadaan UMC di Ciayumajakuning, menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong pembangunan desa wisata.
” UMC punya peran penting dalam mewujudkan desa-desa di Jabar yang potensial di bidang wisata.Jawa Barat ini memiliki 5.312 desa. Dari 5.312 desa, dominasi desanya memiliki panorama alam yang indah. Ini jadi modal bagus, sekalian saya endorse yah, hayuk kuliah di UMC yah,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan -RI, periode 2001-2004.
Guru Besar IPB University ini pun mengimbau, melalaui KKM ini, UMC mengurai syarat desa wisata yang mencakup keunikan desa, alam, budaya, serta tempat wisata buatan, supaya bisa menarik minat wisatawan dan memajukan perekonomian masyarakat setempat.
Lantas, Prof Rokhmin juga membeberkan bahwa desa yang perekonomiannya bisa sukses dalam bidang kreativitas pun bisa diangkat menjadi desa wisata. Contohnya, desa dengan kerajinan tangan atau desa penghasil kopi, mangga gincu dan hasil sumber daya alam lainnya. Untuk mewujudkan desa wisata, tentu sarana prasarana serta infrastrukturnya harus bagus.
” Promosi desa wisata sudah gencar, via medsos, baliho, spanduk dan perangkat marketing lainnya. Tapi jalan menuju ke desa tersebut rusak, gersang. Belum lagi banyak yang minta-minta sehingga membuat wisatwan risih. Hal ini menjadi catatan bersama, tidak hanya bertumpu pada pemerintah. Inilah tugas kita warga kampus hadir memberikan solusi, mengajak semua pihak untuk menjawab dinamika yang ada,” ucap Penasehat Menteri KKP saat ini.
Desa Wiasa dan Stunting
Lebih lanjut, Prof Rokhmin bilang bahwa jika desa wisata ini ditangani serius, maka dampaknya adalah perbaikan ekonomi warga setempat. Otomatis, ini line dengan penuntasana masalah stunting.
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Kekurangan asupan gizi ini bisa terjadi sejak bayi masih di dalam kandungan karena ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Meski data menunjukan prevalensi stunting di jabar menurun, namun masih menduduki posisi pertama dengan angka balita stunting paling tinggi di Indonesia.
” Jika masyarakat sejahterah, Insha Allah tak ada lagi soal stunting. Perbaiki ekonomi warga sehingga mereka pun terhindari dari berbagai problematika, termasuk stunting,”
Solusi