JAKARTA (otonominews.id) – Surat Terbuka Sri Eko Sriyanto Galgendu Kepada Presiden Joko Widodo, untuk mengingatkan agar waspada terhadap konspirasi gelap dibalik investasi yang patut diduga sebagai invasi itu. Karenanya, surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo ini bersifat urgen dan mendesak untuk mendapat perhatian sesegera mungkin, sebelum semuanya terlanjur terlambat dan menjadi sesal yang berkepanjangan untuk ditanggung oleh warga bangsa Indonesia di masa mendatang.
Rencana besar PT. Makmur Elok Graha (MEG) membuat para bandar besar menaruh curiga tentang kepentingan terselubung dibalik investasi besar tersebut. Akibatnya benturan antara bandar tidak dapat terhindari, bukan karena disebabkan investasi, tetapi tentang konspirasi gelap dibalik investasi yang bersifat invasi itu.
Jadi masalah pokok di Pulau Rempang, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu yang juga dia tulis dalam bentuk “Surat Terbuka Kepada Presiden Joko Widodo” masalah pokoknya adalah konspirasi gelap dibalik investasi yang bersifat invasi tersebut. Karenanya, perebutan untuk menguasai jaringan penyelundupan internasional, narkoba dan perjudian serta jaringan miras hingga tempat hiburan dan prostitusi, sungguh sangat menggiurkan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Pulau Rempang.
Surat Terbuka berjudul “Telik Sandi Konspirasi Investasi Terselubung di Pulau Rempang dan Kewaspadaan Nasional” yang ditujukan Sri Eko Sriyanto Galgendu Kepada Presiden Joko Widodo dan seluruh Rakyat Indonesia, dibacakannya dihadapan wartawan serta kesempatan podcast tertanggal 18 September 2023. Inti dari isi surat terbuka itu adalah rasa keprihatinannya atas conflic of interest yang terjadi di Pulau Rempang dan berlarut larut sampai sekarang.
Kecuali itu juga, atas perintah Presiden Joko Widodo pula, Pulau Rempang itu harus segera dikosongkan paling lambat sampai 28 September 2023, sejak perintah itu dikeluarkan. Dampak terusan berseliweran statement para pejabat yang tidak pantas dan tidak patut dalam tutur katanya untuk menjadi konsumsi publik. Bahkan ada pejabat yang tidak paham dengan duduk permasalahan yang sebenarnya, ikut nimbrung berbicara masalah di Pulau Rempang yang sesungguhnya tidak sesederhana itu dari apa yang ada dibalik investasi konspirasi gelap itu. Lebih runyam lagi, conflict of interest ini, telah membuat para pejabat dan aparat dijadikan alat untuk dipakai dan diadu domba oleh pihak bandar-bandar besar yang sedang bertarung berebut kekuasaan bisnis di Pulau Rempang.
Terjebaknya para pejabat dan aparat digunakan sebagai alat ini juga digunakan untuk kepentingan bandar besar yang lebih besar lagi dibalik kamuflase bisnis itu.
Jadi sikap arogan hendak membolduser Penduduk Kampung Tua di Pulau Rempang itu tidak perlu terjadi. Karena memang tidak bijak dan tidak manusiawi, imbuh Sri Eko Sriyanto Galgendu. Karena menurutnya, inti dari “Surat Terbuka Kepada Presiden ini juga ingin menegaskan bahwa warga masyarakat Rempang tidak menolak investasi, tetapi menolak kepentingan “silent invasi” yang dibawa Tomy Winata dari China.