“Sudah diyakini betul, wujudkanlah semua yang harus diwujudkan,” tegas Habib Syakur.
Bagaimana dengan pendapat WALHI bahwa proyek Rempang Eco City akan merusak lingkungan? Habib Syakur menilai ungkapan WALHI itu tidak objektif.
“WALHI enggak bisa berpikir objekti. Apalagi sebelum itu banyak penyelundup pasir ke Singapura, ke Malaysia, dan negara negara lainnya. Kekayaan alam pasir dicuri habis habisan. Maka sama pemerintah mau dilembagakan dan diresmikan dengan usaha yang jelas, terarah, dan untuk kemakmuran rakyat Indonesia, khususnya warga Rempang,” tandas Habib Syakur.
Bagi Habib Syakur, sekarang banyak orang yang diarahkan oleh kelompok tertentu agar berpikiran sempit. Seakan-akan negara hendak mengeruk kekayaan alam tanpa memikirkan dampang lingkungan dan sosialnya.
“Sekarang kalau rakyat makmur dengan sumber daya alam yang ada, ini bukan untuk mengurangi sumber daya alam, tapi malah akan bertambah. Karena Allah ridho,” jelasnya.
Habib Syakur juga menyebut WALHI berpikir tentang ekosistem alam karena memang subjektif tupoksinya demikian. Sementara di tempat lain, banyak penambangan liar, baik emas, batubara dan lainnya yang jelas merusak lingkungan.
“Kalau WALHI kontekstual, tugasnya berdasarkan tupoksi lingkungan hidup. Makanya bersuara seperti itu, untuk menunjukkan eksistensi diri bagi WALHI saja. Tapi posisi pemerintah ingin membenahi taraf hidup masyarakat di Rempang dengan membangun Rampeng Eco City. Namanya saja Eco City, maka jelas berkaitan dengan lingkuan hidup yang pasti diperhatikan. Namanya aja Eco city, gitu loh,” tuntas Habib Syakur.