“Ini menyangkut hal yang sangat mendasar yaitu masalah pangan, barang, dan jasa. ini kegiatan kita yang rutin dilakukan mingguan ini banyak mendapat apresiasi. bukan hanya di kalangan kabinet, tapi juga dari tokoh-tokoh masyarakat dan juga dari dpr, semua mengetahui, termasuk pelaku usaha mengetahui,” tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari BPS angka inflasi year-on-year (y-o-y) bulan September 2023 terhadap September 2022 sebesar 2,28 persen. Artinya, inflasi masih terkendali. Namun demikian, mendagri mengingatkan kepada semua stakeholder agar jangan sampai terlena. Pasalnya, berkaca pada september tahun lalu, inflasi terjadi cukup tinggi mencapai 6 persen akibat kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Kalau kita ingin melihat bagaimana tren inflasi, artinya tren kenaikan harga barang/jasa, lebih baik mengambil data inflasi tahun kalender (sebesar) 1,63 persen, artinya kenaikan yang cukup lumayan. Kemudian kita melihat inflasi dari bulan ke bulan, dari bulan Agustus ke bulan September naiknya berapa, 0,19 persen,” ungkapnya.
Mendagri mewanti-wanti agar angka inflasi tersebut terus diantisipasi seiring dengan terjadinya puncak el nino, yang sesuai perkiraan terjadi pada September hingga Oktober. Fenomena iklim tersebut diprediksi baru akan melandai pada November.
Puncak el nino, Mendagri menambahkan, dapat membawa berbagai dampak, seperti kekeringan air hingga kebakaran hutan. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap turunnya produksi pangan.
“Artinya kita harus bersiap-siap untuk mencari solusi yang lain, mencari solusi mengenai masalah beras, mencari solusi mengenai masalah gula pasir, jagung,” tandasnya.***