“Pemberian makanan tambahan ini, bukan hanya diberikan kepada mereka yang terkena stunting tetapi juga kepada ibu hamil. Ini karena pencegahan yang di prioritaskan,” sambung Samsil lagi.
Kemudian program keempat yakni konvergensi. Dengan melibatkan berbagai pihak terkait seperti sejumlah Organiasi Perangkat Daerah (OPD).
“Kita melakukan rapat koordinasi khusunya dengan OPD pengampuh yang berkaitan lagsung dengan upaya pencegahan stunting. Contoh dari Dinas pertanian, bagaimana mengoptimalkan penanamam sayur depan rumah. Dari Dinas Perikanan, bagimana supaya menggalakkan makan ikan, upaya dinsos mengoptimalkan PKH hingga Dinas PUPR yang memperbaiki sanitasi dalam mendukung pola hidup sehat,” jelas Samsil.
Selain itu, program kelima ialah dilakukan kegiatan mini loka karya. Ini dilakukan di setiap kelurahan yang dihadiri lurah, babinsa, bhabinkamtibmas, darmawanita, TPK hingga kader KB.
“Ini semua kita panggil membahas masalah yang menyebabkan stunting dan apa solusinya yang dilakukan setelah didapatkan masalah itu di lapangan,” katanya.
Selanjutnya kegiatan audit kasus stunting. Melalui kegiatan ini, akan dilakukan identifikasi bagaimana faktor resiko yang menyebabkan stunting.
“Banyak terlibat di sini. Dari kesehatan, gizi, sanitasi hingga tim pakar yang terdiri dari 4 dokter spesialis. Yakni dokter spesialis kandungan, dokter gizi, dokter anak dan dokter psikologi. Mereka ini yang membantu merekomendasikan kegiatan selanjutnya dari kasus yang ditemukan,” cetus Samsil.
Fokus kegiatan terakhir yang dilakukan DPPKB ialah pendampingan dengan pembentukan bapak dan bunda asuh.
“Bapak dan bunda asuh ini sudah 4 kali turun ke lapangan dan memberikan makanan tambahan. Melalui pola paritisipatif dan kolaboratif bersama TNI, polri, OPD, dan pihak swasta juga kita libatkan. Mereka kita bagi ke 228 kasus stunting untuk mendampingi,” tandas Samsil. (*)