Tak lupa, Nono Sampono juga menghimbau untuk menjaga nilai-nilai keagamaan yang ditinggalkan sebagai warisan turun temurun.
Nono Sampono juga mendorong agar dibangun sebuah masjid yang tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja, namun juga dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, baik hafalan Quran dan memperbaiki kualitas bacaan Quran dan aktivitas syiar lainnya.
Berdasarkan data, ada sekitar 500 KK atau sebanyak 2000 jiwa yang menempati pulau dengan luas sekitar 600 hektar ini. Sejak jaman dahulu, pulau Rhun terkenal sebagai penghasil Pala dengan kualitas terbaik di Indonesia. Konon, harga Pala dari pulau Rhun lebih mahal dari harga emas dikala itu.
Masih menurut Nono Sampono, Pulau Rhun memiliki catatan sejarah yang panjang. Tidak kurang dari 50 tahun, Belanda dan Inggris memperebutkan Pulau penghasil pala ini.
“Di Banda, hampir semua wilayah dikuasai Belanda, kecuali Rhun, karena Rhun dikuasai Inggris. Kenapa Inggris bertahan di Rhun? Di zaman itu, palanya lebih banyak daripada pala di Pulau Banda,” terang Nono Sampono.
Seperti diketahui, pihak Belanda pernah rela menukar Pulau Rhun yang dikuasai oleh Inggris dengan Niew Amsterdam (sekarang Manhattan) yang kala itu di kuasai oleh Belanda. Oleh karena itu, Pulau Rhun layak dijuluki syurga buah pala di Timur Indonesia.