Siti Atikoh: Hidup Itu Ibarat Naik Sepeda, Agar Tak Jatuh Perlu Dikayuh

Kisah Hidup Atikoh Ganjar

Siti Atikoh: Hidup Itu Ibarat Naik Sepeda, Agar Tak Jatuh Perlu Dikayuh
Siti Atikoh Ganjar Pranowo (gamis merah) dan Bunda Novita Hardini saat berbincang di Alun-alun Trenggalek, Senin (18/12/2023) malam.
120x600
a

Ganjar sebagai suami, lanjut dia, mendukung dirinya bahkan hingga berangkat ke Jepang untuk bisa menuntut ilmu ke Tokyo University.

“Awalnya waktu mau diberangkat ke Jepang, saya mau mengundurkan diri (membatalkan beasiswanya) karena Alam masih kecil, masih TK. Tapi justru Mas Ganjar (yang meminta untuk tidak dibatalkan),” ungkap Atikoh.

“Ini kalau kita mau memperdayakan perempuan, tidak bisa hanya diperjuangkan perempuan. Tetapi, laki-laki yang memiliki perspektif gender itu sangat penting. Karena laki-laki itu mitra,” sambungnya.

Karena itu, penting bagi perempuan untuk terdidik. Pasalnya, orang tua itu sebagai madrasah pertama untuk anak dengan kemampuan yang dimiliki.

“Karena menjadi orang tua itu pembelajaran seumur hidup. Learning by doing,” tutur Atikoh.

Novita pun menimpali, jika ingin mendidik bangsa, melahirkan anak-anak yang berkualitas tanpa peran perempuan.

“Kita tidak mungkin mendidik bangsa, melahirkan anak-anak yang berkualitas kalau orang tua tidak cakap dalam keterampilan dan pengetahuan,” ungkap Novita.

Karenanya, demi mempersiapkan keluarga yang baik, maka orang tua harus terlebih dahulu terdidik. Sehingga dalam program yang ditawarkan Ganjar-Mahfud, ada program wajib belajar 12 tahun. Bahkan ada satu keluarga satu sarjana, bagi mereka yang tidak mampu.

r
Lihat Juga :  Haidar Alwi Desak TPN Ganjar-Mahfud Berhenti Memproduksi Hoaks Pemilu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *