“Sebagai seorang dosen, almarhum Pak Amir adalah pendidik yang sangat bijak. Jika mahasiswanya sudah dua kali tidak lulus ujian pada mata kuliah yang beliau asuh, maka untuk ujian kali ketiga pasti diluluskan oleh pak Amir dan para mahasiswa sudah sangat paham atas kebijakan dosennya itu. Itulah sifat kearifan dari dosen yang luar biasa yang bernama Amir Syarifuddin,” imbuh Guspardi.
Masih ingat dalam memori Guspardi, saat pemilihan ketua senat Fakultas Syariah di IAIN Syarief Hidatullah Jakarta, tahun 1976, di mana Prof Amir ikut menghadiri jalannya rapat pemilihan.
“Saat itu, terjadi dinamika yang sampai terjadi insiden pelemparan kursi, namun dengan tenang dan sikap kebapakannya beliau behasil mengendalikan suasana agar kembali kondusif tanpa menghakimi mahasiswa yang terlanjur gaduh,” ujar Guspardi.
Lebih lanjut, Guspardi meyakini peran almarhum Prof Amir juga sangat besar ketika ia mendaftar dan lulus sebagai dosen di IAIN Imam Bonjol Padang tahun 1985.
“Setelah menjadi dosen, beliau juga menunjuk saya sebagai asistennya, di mana Pak Amir ketika itu menjabat Rektor IAIN Imam Bonjol Padang. Saat saya mengundurkan diri sebagai dosen IAIN IB Padang tahun 2000 karena memutuskan terjun ke dunia politik pun, agaknya Pak Amir tidak pernah melupakan saya dan itu dibuktikan pada tahun 2017 saya diminta beliau untuk mengabdi di Perguruan Thawalib Padang Panjang Sumbar yang didirikan oleh orang tua Buya Hamka sebagai pembina,” papar Guspardi.
Guspardi mengaku, pada saat pelantikan Dewan Pembina Perguruan Thawalib, tanpa diduga dirinya didaulat dan diberi amanah sebagai Ketua Dewan Pembina sementara Prof Amir sebagai Anggota Dewan Pembina.
“Dimata saya, Pak Amir adalah sosok teladan yang punya integritas tinggi, penuh dedikasi dalam penerapan keilmuwan yang dikuasainya, serta figur bapak yang sederhana dan sangat peduli dengan anak didiknya. Yang lebih membuat saya takjub, Pak Amir sangat mendukung dan mendorong orang kampungnya agar mau menimba ilmu lebih tinggi.
Obsesi Prof Amir mendorong orang kampungnya berpendidikan tinggi, sebut Anggota Baleg DPR RI ini, diejawantahkan dengan menyediakan rumah beliau yang berada di belakang komplek UNP Padang untuk dijadikan sebagai tempat atau markas, guna menampung para mahasiswa kuliah di Padang yang berasal dari kampung halaman beliau secara gratis.
“Selamat jalan Pak Amir, yang dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam, ulama, dan cendekiawan muslim yang disegani. Reputasinya tidak hanya diakui di lingkungan UIN Imam Bonjol, tetapi Sumbar dan Indonesia mengakui kiprahnya. Semoga Allah SWT menempat Pak Amir di tempat terbaik di sisi-Nya. Amiin ya Rabbal ‘Alamin,” tutup Guspardi Gaus.