JAKARTA, otonominews.id – Sistem peringatan dini gempa bumi di Jepang berhasil meminimalisir jatuhnya korban saat Negara Matahari Terbit itu dilanda gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 7,5. Teknologi canggih Jepang itu diharapkan dapat diadopsi oleh Indonesia yang juga rentan terhadap bencana gempa bumi.
Setidaknya hal itu yang menjadi harapan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menanggapi canggihnya sistem peringatan dini gempa bumi di Jepang.
“Saya kira kita perlu mengadopsi sistem peringatan dini yang diimplementasikan di Jepang. Mengingat posisi Indonesia yang berada di kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, menjadi faktor utama gempa bumi sering melanda negara ini,” kata LaNyalla dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (5/1/2024).
Sebagaimana diketahui, baru-baru ini gempa bumi melanda dua wilayah di Indonesia. Pertama, gempa bumi mengguncang Banten sekitar pukul 7:53 pagi WIB, Rabu (3/1/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan gempa bumi memiliki magnitudo 5,9. Pusat gempa berada di laut 72 Km Barat Daya Bayah.
Kedua, gempa bumi berkekuatan Magnitudo 4.4 mengguncang wilayah Sumedang, Jawa Barat pada pukul 20.46 WIB, Senin (1/1/2023). BMKG melalui akun Twitter resminya menyebut gempa bumi ini berlokasi di 4 kilometer arah timur laut Kabupaten Sumedang.
Sebelumnya, Sumedang juga diguncang gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 4,8 pada Minggu (31/12/2023) sekitar pukul 20.34 WIB.
Menurut LaNyalla, sistem peringatan dini penting untuk dimiliki Indonesia. Sebab, jika kita menilik situs BMKG, hampir setiap hari gempa bumi terjadi dengan kekuatan Magnitudo berbeda-beda.
Indonesia sendiri memiliki pengalaman pahit ketika gempa bumi mengguncang yang disertai dengan tsunami. Sebut saja misalnya gempa bumi yang mengguncang Aceh pada 26 Desember 2004, pukul 07.58.53 WIB, dan berkekuatan M 9,3. Gempa bumi juga melanda Sumatera Utara dengan Magnitudo 8,6 pada 28 Maret 2005.