Pada 27 Mei 2006, Yogyakarta diguncang gempa bumi berkekuatan M 5,9 di lepas pantai Samudra Hindia. Gempa bumi juga melanda wilayah Sumatera Selatan pada 12 April 2007, berkekuatan M 8,4
Gempa bumi juga terjadi di Cianjur, Jawa Barat yang terjadi pada Senin 21 November 2022 dengan kekuatan Magnitudo 5,6.
“Peristiwa-peristiwa di atas mengingatkan kita pentingnya memiliki sistem yang bisa diakses dengan cepat oleh masyarakat, mengenai potensi bencana di wilayahnya, dalam hal ini bencana gempa bumi,” kata LaNyalla.
Dengan SDM dan jaringan teknologi yang dimiliki, Senator asal Jawa Timur itu optimistis sistem peringatan dini gempa bumi ala Jepang dapat diadopsi dengan baik di Indonesia.
Apalagi, kata dia, saat ini hampir seluruh masyarakat memiliki ponsel pintar sebagai alat komunikasi. “Jepang memanfaatkan teknologi smartphone 3G untuk sistem peringatan dini ini. Saya kira, Indonesia bisa mengadopsi dan mengimplementasikannya dengan baik,” harap LaNyalla.
Sebagaimana diketahui, sistem peringatan dini gempa bumi yang dimiliki Jepang dioperasikan oleh Japan Meteorological Agency (JMA). Sistem peringatan dini tersebut akan mengeluarkan peringatan dengan cepat ketika gempa bumi berlangsung dan memberi waktu yang sangat berharga bagi warga untuk melindungi diri.
Awalnya, sistem ini diperkenalkan Oktober 2007 dengan media TV dan radio. Namun, seiring waktu berjalan, sistem ini juga dapat memberi peringatan melalui smartphone yang dimiliki warga. Pada tahun 2007, seluruh smartphone 3G di Jepang sudah kompatibel dengan sistem peringatan dini tersebut.