Mengenang Peristiwa Situjuah: Semangat Persaudaraan Serta Cinta NagarI dan Negara

Mengenang Peristiwa Situjuah: Semangat Persaudaraan Serta Cinta NagarI dan Negara
Bupati Saparuddin dalam kesempatan, peringatan Peristiwa Situjuah, Senin (15/01/2024)
120x600
a
0 Shares

Rapat memutuskan ,mereka akan menyerang kota Payakumbuh. Karena kota ini sudah diduduki Belanda. Subuh bercuaca dingin, tanggal 15 Januari 1949 para pejuang istirahat dan hendak melaksanakan shalat subuh. Tiba-tiba, Belanda datang menyerang. Subuh berkuah darah. Pejuang kita terpojok. Tapi terus bertahan walaupun senjata tak memadai. Semangat mereka tak pernah pudar. Tak pernah mundur walau selangkah. Akhirnya, para pimpinan pejuang beserta puluhan pejuang lainnya pun gugur demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Para pejuang kita yang gugur di Situjuah
adalah Chatib Sulaiman, Bupati Limapuluh Kota Arisun St. Alamsyah, Letkol Munir Latif, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Letnan Anizar, Sjamsul Bahri, Rusli dan Baharuddin. Mereka gugur bersama 60 pejuang lainnya.

Jenazah Chatib Sulaiman dimakamkan di Lurah Kincia. Sedangkan 8 orang pejuang dimakamkan di Banda Dalam.Sementara, 13 orang di Situjuah Gadang dan 39 orang dimakamkan di sekitar kawasan pemukiman penduduk di Nagari Situjuah Batua.

Monumen Peristiwa Situjuah nan dibangun di pusat keramaian nagari Situjuah adalah bukti nyata perjuangan para pahlawan kita dan sekaligus untuk mengenang dan mengingat betapa besarnya perjuangan mereka. Nama-nama pejuang yang gugur dalam Peristiwa Situjuah ini terukir bagai bertinta emas di gerbang Masjid Pahlawan Situjuah Batua.

Hari ini kita mengenang kembali peristiwa Situjuah. Mari kita panjatkan doa dan berkirim alfatihah kepada segenap pahlawan yang gugur di Situjuah. Ya, Allah, tempatkanlah mereka di sisiMu dalam kebahagian dan kemuliaan bersamaMu.
Dalam momen ini, saya ingin mengingatkan kita semua, bahwa di saat mana para pejuang kita berkorban nyawa, bahkan harta untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, mari kita isi kemerdekaan ini dengan semangat rela berkorban dan saiyo sakato untuk membangun dan memajukan kabupaten Lima Puluh Kota khususnya, dan Indonesia yang kucinta, umumnya.

Lihat Juga :  Tiga Gubernur Desak Pemerintah Pusat Tidak Perpanjang Izin PT Vale

Kita isi kemerdekaan ini dengan terus melakukan berbagai pengabdian untuk kemajuan dan memajukan nagari. Kita isi kemerdekaan ini dengan memajukan sektor pendidikan. Kita isi kemerdekaan ini dengan pikiran kreatif dan inovatif untuk memajukan dan mengembangkan UMKM, pariwisata, pertanian untuk kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh sehingga terwujudnya masyarakat madani.

Kepada generasi muda.
Kepada pelajar, mari kita isi kemerdekaan ini dengan cara, giat, tekun dan rajinlah belajar. Harumkan nama kabupaten Lima Puluh Kota dengan berbagai prestasi, baik di bidang olahraga,seni,budaya, agama dan prestasi akademis. Kita isi kemerdekaan ini dengan terus merawat dan menjaga nilai-nilai tradisi,adat dan budaya.Karena adat dan budaya adalah identitas kita selaku orang Minangkabau yang memgang teguh Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

Dengan momen Peristiwa Situjuah kita gelorakan semangat kebersamaan dan persaudaraan yang kuat di tengah kehidupan bermasyarakat. Saya mengingatkan, karena kita memasuki tahun politik, jangan sampai perbedaan pilihan membuat kita berpecah belah. Berbeda pilihan adalah lumrah. Yang tidak lumrah itu adalah berpecah belah itu tadi. Mari kita sama-sama mewujudkan–terutama di kabupaten yang sangat kita cintai ini—Pemilu berdunsanak.

Saya yakin dan percaya, masyarakat kabupaten Lima Puluh Kota adalah masyarakat yang sangat demokratis . Masyarakat yang sangat cerdas. Mari, kita jalankan demokrasi ini dengan kegembiraan dan kebahagiaan serta dalam semangat persaudaraan yang tak pernah tergores. Semoga, momentum Peristiwa Situjuah menciptakan rasa nasionalisme yang kuat kepada nagari dan cinta NKRI !

Oleh: Safaruddin Datuk Bandaro Rajo

Sarilamak, 15 Januari 2024

r

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *