Dia juga menyampaikan setiap dua tahun laporan keuangan PTBA diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setelah PT BMI resmi mengakuisisi PT SBS pada 28 Januari 2014.
“Namun, tidak ada temuan [terkait dengan akuisisi PT SBS oleh PT BMI,” ujar Zulfikar.
Ia juga menjelaskan tentang kajian dari PT Bahana Securities mengenai perbandingan antara mendirikan perusahaan baru di bidang jasa pertambangan dengan mengakuisisi perusahaan yang sudah ada.
Menurut kajian itu, ungkap Zulfikar, jika mengakuisisi perusahaan yang eksisting, maka diperlukan dana sekitar Rp72 miliar. Bila akan mendirikan perusahaan baru, maka butuh dana lebih dari Rp100 miliar.
“Maka dari itu, kami pilih opsi akuisisi,” ungkapnya.
Sementara itu, Ainuddin yang juga penasihat hukum Tjahyono Imawan, mengutip ulang pernyataan saksi yang menyatakan pendapatan PT BA melejit hingga triliunan rupiah.
“Pendapatan PT BA jelas-jelas meningkat, sesuai keterangan saksi, bahkan tahun 2022 sempat menyentuh angka Rp12 triliun. Jelas nilai akuisisi tidak ada artinya dibading dengan capaian laba tersebut,” ujarnya.
Dia juga mengingatkan, nilai akuisisi PT SBS ini masih jauh di bawah estimasi sesuai kajian dari PT Bahana Securities mengenai perbandingan antara mendirikan perusahaan baru di bidang jasa pertambangan dengan mengakuisisi perusahaan yang sudah ada.
Menurut kajian itu, ungkap Ainuddin mengutip keteragan saksi, jika mengakuisisi perusahaan yang eksisting, maka diperlukan dana sekitar Rp72 miliar. Bila akan mendirikan perusahaan baru, maka butuh dana lebih dari Rp100 miliar.
Kasus ini telah menjerat lima terdakwa, yakni Direktur Utama PTBA periode 2011-2016 Milawarma (M), mantan Direktur Pengembangan Usaha PTBA Anung Dri Prasetya (ADP), Ketua Tim Akuisisi Penambangan PTBA Saiful Islam (SI), Analis Bisnis Madya PTBA periode 2012-2016 yang merupakan Wakil Ketua Tim Akuisisi Jasa Pertambangan Nurtima Tobing (NT), dan pemilik lama PT SBS, R Tjahyono Imawan.
Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) diberitakan sukses meningkatkan kinerja operasional sepanjang 2023. Total produksi batu bara PTBA pada Januari-Desember 2023 mencapai 41,9 juta ton, tumbuh 13% dibanding tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton.
Capaian produksi ini berhasil melampaui target sebesar 41 juta ton yang ditetapkan pada awal tahun 2023.
Dari total produksi tersebut, PT Satria Bahana Sarana (SBS), kontraktor jasa pertambangan yang juga cucu usaha PTBA, berkontribusi sebesar 7,5 juta ton atau 18 persen produksi. SBS adalah anak perusahaan PT BMI (anak perusahaan PT BA) setelah diakuisisi tahun pada tanggal 28 Februari 2015.