“Selain itu, hampir semua jenis tumbuhan bisa hidup subur di Tana Luwu, termasuk kelapa sawit. Belum lagi soal tambang nikel, emas dan sebagainya,” tambah ATM, akronim nama Abdul Talib Mustafa.
Lebih jauh Wakil Ketua Umum BPP KKLR ini menyebutkan kontribusi ekonomi Luwu Raya yang cukup signifikan untuk Sulawesi Selatan.
“Kontribusi Luwu Raya secara akumulatif mencapai 11-12 persen untuk PDRB Sulawesi Selatan, jadi sekitar 42 triliun dari 360 triliun PDRB Sulsel,” ungkapnya.
Potensi lain yang bisa memberikan dampak pertumbuhan ekonomi Luwu Raya adalah dari aspek pariwisata dan pertumbuhan pendidikan yang begitu menjanjikan.
Hanya saja, semua potensi ekonomi ini bukannya tanpa kendala untuk bisa dioptimalkan. Salah satunya adalah masih lemahnya rentang kendali karena jarak yang relatif jauh ke ibukota Provinsi di Makassar.
“Selain itu, adanya keterbatasan infrastruktur terutama jalan yang menjadi penghubung antar kabupaten di Luwu Raya, maupun dari Luwu Raya ke Kota Makassar,” beber ATM.
Kendala lain adalah masih terbatasnya institusi pelayanan publik terutama di bidang kesehatan.
“Bayangkan jika pasien kritis harus dirujuk dari Malili ke Makassar lewat jalan darat. Itu benar-benar pilihan sulit. Sehingga ke depan harus ada solusi konkrit untuk hal ini,” ujarnya.
ATM juga menyinggung soal kurangnya koordinasi antar Kabupaten dan Kota di Luwu Raya. Padahal optimalisasi potensi ekonomi di Luwu Raya membutuhkan sinergitas dan kolaborasi antar daerah khususnya di Luwu Raya itu sendiri,” pungkasnya.
Sejumlah tokoh mahasiswa Luwu Raya hadir di acara ini. Diantaranya Ketua PP IPMIL Yandi, Ketua PP PEMILAR Dedy Rinaldy, Ketua PP IPMALUTIM Haikun Candra, dan mantan Ketua PP IPMALUTIM Periode 2014-2016 Muhammad Nur.
Hingga berita ini diterbitkan, diskusi masih terus berlangsung dan diikuti secara antusias oleh puluhan mahasiswa yang hadir.