“Akibatnya, surplus neraca perdagangan per Januari 2024 adalah yang terendah dalam enam bulan terakhir,” imbuh R Haidar Alwi.
Resesi ekonomi global akan berdampak signifikan terhadap negara-negara yang bergantung pada komoditas impor. Ketika negara eksportir lebih memprioritaskan kecukupan stok dalam negerinya masing-masing, maka negara importir akan gagal memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakatnya karena terjadi kelangkaan dan kenaikan harga.
“Indonesia misalnya sebagai negara yang bergantung pada impor beras. Sepanjang tahun 2023 impor beras Indonesia mencapai 3,06 juta ton atau naik 613,61 persen dibanding tahun 2022. Angka ini adalah yang paling tinggi dalam lima tahun terakhir. Impor beras terbesar Indonesia berasal dari Thailand dengan volume 1,38 juta ton atau setara 45,12 persen dari total impor beras,” jelas R Haidar Alwi.
Ironisnya, dengan impor beras sebesar itu dan klaim stok beras di gudang Bulog masih aman, kelangkaan dan kenaikan harga beras terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Pada akhir tahun 2023 lalu, pemerintah berdalih hanya bersifat sementara karena mendekati libur natal dan tahun baru. Akan tetapi faktanya sampai hari ini masalah serupa masih saja terjadi.
“Antrean berjam-jam bahkan sampai ada yang pingsan hingga diwarnai kericuhan untuk mendapatkan beras murah menjadi fenomena yang semakin sering terdengar dan semakin mudah dijumpai. Tidak hanya di kota tapi juga di desa,” tutur R Haidar Alwi.
Bila kondisi ini tidak segera diantisipasi dengan strategi yang jitu, bukan tidak mungkin perekonomian Indonesia terus menuju ke arah negatif. Ancaman resesi ekonomi global akan semakin menakutkan jika tidak diimbangi dengan kesiapan di dalam negeri.
“Beras langka dan harganya mahal, stabilitas sosial dan politik pasca pemilu juga rawan guncangan. Ditambah buruknya ancaman dan dampak resesi ekonomi global. Pengangguran, kemiskinan dan kejahatan akan meningkat. Karena untuk urusan perut tidak bisa dianggap sepele. Chaos bisa terjadi kapan saja dan dimana saja,” ucap R Haidar Alwi.
Oleh karena itu, untuk memperkuat ketahanan pangan, ia mengajak masyarakat kembali menggalakkan program ‘rakyat bantu rakyat’ seperti ketika menghadapi Pandemi Covid-19. Sebab, sense of crisis dan kepedulian kepada sesama telah terbukti mampu mengantarkan Indonesia melewati masa-masa sulit.