Strategi Pengendalian Inflasi Ramadan dan Idul Fitri, Bapanas Ajak Gencarkan Gerakan Pangan Murah

Strategi Pengendalian Inflasi Ramadan dan Idul Fitri, Bapanas Ajak Gencarkan Gerakan Pangan Murah
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, Mendagri Tito Karavian fan Plt BPS Amalia dalam Rakornas Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan yang dihelat di Hotel Kempinski, Jakarta, pada Senin (4/3/2024).(Foto: Istimewa)
120x600
a

di tingkat daerah betul-betul harus dikendalikan, karena angka inflasi nasional adalah agregat, bukan hanya kerja dari pemerintah pusat tapi juga yang utama adalah pemerintah daerah dengan adanya TPID, Tim Pengendali Inflasi Daerah yang dipimpin oleh gubernur dan bupati/walikota,” ujar Tito.

Kepada daerah-daerah, Mendagri menegaskan agar pelaksanaan Gerakan Pangan Murah digencarkan dengan memanfaatkan berbagai alokasi dana.

“Lakukan terus pemantauan harga dan stok untuk kepastian ketersediaan pangan, sehingga kita paham perkembangan harga dan dinamika yang ada. Pemerintah daerah melakukan gerakan pangan murah sendiri dari berbagai alokasi seperti dana insentif fiskal, Belanja Tidak Terduga (BTT), subsidi distribusi, bahkan ada dana dekonsentrasi untuk daerah yang dialokasikan oleh Badan Pangan Nasional,” tegasnya.

Sedangkan Plt Kepala BPS, Amalia Adiningggar Widyasanti menambahkan, pihaknya memperkirakan akan ada peningkatan produksi dalam negeri seiring tibanya panen raya.

“Produksi beras akan meningkat dan diperkirakan akan ada panen raya di Maret dan April. Dengan ini ada peningkatan suplai yang diharapkan bisa meredam inflasi beras,” kata Amalia.

Terkait harga beras, Amalia menekankan bahwa harga beras domestik itu juga dipengaruhi oleh harga beras di pasar internasional yang juga dalam tren meningkat.

“Kenaikan harga beras domestik yang kita alami saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya keterbatasan produksi tapi juga ada kenaikan harga di pasar global yang dialami beberapa negara produsen beras,” ungkapnya.

Dalam Rakornas Pengamanan HBKN ini hadir berbagai stakeholder yaitu Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, Bank Indonesia, Mabes Polri, Perum Bulog serta para pengusaha dan asosiasi di bidang pangan serta pihak terkait lainnya.

Lihat Juga :  Panen Jagung Hanya 25 Ton, Bukti Food Estate Proyek Gagal

 

r

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

f j