“Itu membuat kami sedih, terenyuh ketika melihat di museum Polri, jadi kontras bertolak belakang dengan fakta di lapangan,” terang Nando.
Lebih lanjut, dia juga membawa secarik surat yang akan ditujukan kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Di mana, surat tersebut menurut dia berisi ajakan untuk beraudensi dan berdialog tentang kondisi bangsa dan kinerja Polisi saat ini.
“Kemudian, hari ini kami mau beraudensi dengan Pak Kapolri, Jenderal Listyo Sigit, cuman karena tidak diterima ya tidak apa-apa. Ini niat baik kami, kami mau beraudensi, mau berdiskusi soal situasi nasional saat ini terkait dengan kinerja Polri,” jelasnya.
Sementara itu, Nando pun turut mengutarakan soal kondisi alam demorkasi bangsa saat ini pascaPemilu 2024.
Dirinya menilai, banyak praktik dugaan intimidasi yang dilakukan oleh oknum aparat kepada Kepala Desa, Camat, Kepala Daerah, termasuk elite partai di Pemilu.
“Idealnya Pemilu itu harus jujur, bukan cuman damai dan aman, tapi jujur itu yang sering kita lupa. Kalau pemilunya jujur sudah pasti aman dan damai. Nah kondisi di lapangan tidak seperti itu, polisi terindikasi menjadi alat kekuasaan,” pungkasnya.
Usai membentangkan poster selama kurang lebih 10 menit, Nanto bersama rekan Komunitasnya membubarkan diri dari Mabes Polri.