“Itu tidaklah, mudah di tengah persoalan supremasi hukum yang turun ke tingkat nadir kemudian abuse of power yang sayangnya dilakukan Presiden Joko Widodo, sehingga kecurangan dari hulu, dari rekayasa hukum di Mahkamah Konstitusi, hingga di tingkat proses, sampai di hilir, bahkan sekarang pun masih banyak intimidasi dilakukan.”
“Itu menjadi sisi gelap demokrasi di Indonesia yang oleh para pakar dan dikatakan Pak Jusuf Kalla dikatakan sebagai pemilu paling brutal dalam sejarah pemilu,” kata Hasto.
Pria kelahiran Yogyakarta itu berharap seluruh kader PDI Perjuangan bisa menatap optimistis menyikapi hasil pemilu 2024.
Sebab, kata Hasto, perolehan PDI Perjuangan di tingkat kabupaten atau kota pada pemilu 2024 mengalami peningkatan dibandingkan 2019.
Dia mencatat jumlah kursi yang diperoleh PDI Perjuangan di tingkat kabupaten atau kota sebanyak 2823 kursi atau meningkat 17 dibandingkan pemilu 2019.
“Kami melihat perolehan di tingkat kabupaten atau kota, ternyata mengalami kenaikan perolehan kursi PDI Perjuangan. Jadi, di tingkat kabupaten atau kota, perolehan kami justru meningkat dari 2806 pada 2019 menjadi 2823 kursi atau naik 17 kursi, sehingga penetrasi dengan berbagai kecurangan hulu dan hilir berpengaruh ke DPR RI dan DPRD tingkat provinsi, bahkan, ketua DPRD dari PDI Perjuangan berdasarkan penghitungan yang ada itu 152 ketua DPRD di tingkat kabupaten kota atau 30 persen, sementara wakil ketua di 157 kabupaten kota,” ujar Hasto.
Dia mengatakan eksistensi PDI Perjuangan di tingkat kabupaten kota sangat tinggi apabila menghitung potensi parpol berwarna merah itu memperoleh kursi pimpinan DPRD untuk Tingkat II.
“Kalau kami mengukur eksistensi PDI perjuangan di tengah gempuran yang sangat dahsyat di tingkat kabupaten atau kota, ditinjau perolehan wakil ketua dan ketua DPRD, itu eksistensi kami 60 persen terhadap 514,” kata Hasto.