“Tujuannya ingin memporak-porandakan bangsa dan mengadudomba anak bangsa sehingga tidak bisa berkosentrasi menjaga keutuhan bangsa. Maka ketika itubterjadi, di situlah paham-paham daulah khilafah dimasukkan,” ungkap Habib Syakur.
Ulama asal Malang Raya ini menilai pemilu 2024 ini tidak membawa ciri khas keindonesiaan. Hilang semua musyawarah mufakat, saling menghargai, saling menghormati sesama anak bangsa.
“Apa gunanya berselisih paham tentang hasil pemilu, sementara kelompok gelandangan politik berjubah khilafah bergembira ria dan senang melihat kehancuran anak bangsa,” lanjutnya.
Dengan bersatunya tokoh bangsa, Habib Syakur menilai jalannya pemerintahan Prabowo-Gibran akan tenang, dengan catatan kelompok gelandangan politik berjubah khilafah jangan dikasi ruang.
“Mereka (kelompok Khilafah, red) menggadaikan rakyat, dengan cara menjual praganda daulah khilafah seakan-anak lebih baik daripada republik berdasarkan Pancasila,” ungkap Habib Syakur.
“Saya yakin rakyat tergerak hatinya melawan gelandangan politik berjubah khilafah ini. Mereka (penyebar Paham Khilafah, red) halus mainnya, menyusupnya halus ke tengah masyarakat. Makanya kita semua harus waspada. Ini jadi PR pemerintah dan tim transisisi pemerintahan Prabowo Gibran. Jangan cuma slogan saja, kita habisi orang orang yang ingin mengganti Pancasila. Jadi harus tindakan nyata,” tuntas Habib Syakur.