Sedangkan air mineral dalam kemasan 600 ml yang dijual di pasaran bisa mencapai Rp 5.000 per botol. Bahkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang tinggal di rumah susun (rusun) hanya dikenakan Rp 1.050 per tiga meter kubik.
Sementara itu, ia menuturkan, nilai investasi pengelolaan air dianggap sangat mahal. Perseroan harus melakukan berbagai tahapan dalam mengelola air agar layak digunakan sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 492 tahun 2014 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
“Jika mau ada penyesuaian (tarif dan layanan), ya lakukan sosialisasi secara masif,” tutur dia.
Berkaca pada fenomena banjir yang melanda Jakarta, Jim juga meminta kepada PAM Jaya untuk memberikan diskon penggunaan air bersih. Jim memandang, kebutuhan air bersih saat banjir justru meningkat, karena warga memerlukan air untuk membersihkan rumahnya yang kotor akibat sisa-sisa banjir.
“Kalau masyarakat lagi kena banjir, mereka butuh air yang banyak jadi kalau perlu dipotong karena satu hari banjir maka kerugian yang dialami masyarakat itu cukup besar,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Biro Perekonomian dan Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta Mochamad Abbas menambahkan, wilayah Jakarta cukup memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional. Kontribusi ekonomi Jakarta untuk nasional pada tahun 2023 mencapai 16,77 persen, sedangkan kontribusi inflasi 20,47 persen dan kontribusi investasi 11,70 persen.
“Jakarta merupakan pusat perputaran uang nasional, sekitar 70 persen uang beredar di Jakarta, hal ini karena Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi, bisnis dan keuangan di Indonesia,” ujarnya.
“Di sini terdapat Bursa Efek Indonesia (BEI), kantor pusat perusahaan nasional dan multinasional, startup unicorn dan decacorn,” lanjutnya.
Di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, kata dia, perekonomian Jakarta pada tahun 2023 tumbuh sebesar 4,96 persen. Berdasarkan proyeksi BI pada tahun 2024 Jakarta diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,8-5,6 persen.
“Prakiraan tersebut didukung oleh masih optimisnya keyakinan konsumen, semakin tingginya aktivitas MICE dan event, serta berlanjutnya proyek strategis pemerintah dan swasta. Optimisme ini harus tetap kita jaga bersama untuk mendukung berlanjutnya momentum pemulihan ekonomi ke depan,” ungkapnya.
Meski perekonomian Jakarta berkontribusi besar bagi perekonomian nasional, namun tak dipungkiri Jakarta tetap membutuhkan kerja sama dengan daerah lain. Dia menyebut, 98 persen yang tersedia di Jakarta merupakan disuplai dari daerah lain.
“Pemerintah daerah bekerja sama dengtan beberapa stakeholder terkai juga dengan menggelar pasar murah, bazaar murah dan juga sembako murah. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka kami harus bekerja sama dengan daerah hulunya sebagai pamasok kita. Bagaimana pola kerja samanya? Ada yang kerja sama langsung maupun beli putus, dilihat dari selisih neraca yang ada,” jelas Abbas.