Bahkan, saking demokratisnya Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, ia secara terbuka mempersilakan masyarakat untuk berdemonstrasi menyampaikan pendapat dengan catatan tidak berlaku anarkis dan merusak fasilitas umum.
“Kontras sekali dengan Pemilu 2019 yang menelan puluhan korban jiwa, ratusan orang ditangkap serta ratusan korban luka dari kalangan aktivis, mahasiswa, masyarakat bahkan aparat Polri sendiri. Ditambah tuduhan kriminalisasi ulama yang memicu kemarahan umat berkepanjangan,” jelas R Haidar Alwi.
Ia mengakui bahwa polarisasi di Pemilu 2024 memang tidak separah Pemilu 2019. Akan tetapi, setiap masa kepemimpinan memiliki tantangannya masing-masing. Tanpa keberhasilan upaya preemtif dan preventif yang dilakukan Polri, bukan tidak mungkin tragedi Pemilu 2019 kembali terulang.
Sebab, Pemilu 2024 bukan tidak ada serangan, hoaks dan provokasi yang menyasar profesionalitas, netralitas dan integritas Polri untuk menimbulkan kerusuhan.
“Tapi alhamdulillah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan jajarannya mampu mengendalikannya. Tidak ada lagi kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa, penangkapan aktivis dan mahasiswa serta tidak ada lagi tuduhan kriminalisasi ulama kepada institusi Polri,” pungkas R Haidar Alwi.