“Kalau akhirnya PDIP berhasil dirangkul, hampir dapat dipastikan pemerintahan Pak Prabowo tanpa oposisi. Dan ini tentunya alarm bahaya untuk demokrasi kita. Bahkan lebih lanjut juga berbahaya untuk pemerintahan Pak Prabowo sendiri. Hal ini dikarenakan tidak adanya kontrol terhadap kekuasaan,” jelas Haidar.
Oleh karena itu, ia berharap agar Prabowo tidak terjebak dalam politik merangkul yang kebablasan sebaliknya tetap menyediakan ruang yang cukup untuk oposisi.
Haidar pun menyebut oposisi tentunya tidak dalam arti negatif yang dilihat sebagai ancaman. Sebaliknya dari kacamata positif, oposisi menjadi vitamin yang akan memperkuat pemerintahan.
“Membangun bangsa tidak harus berada di dalam kekuasaan (koalisi), juga bisa dari luar kekuasaan (oposisi). Keduanya memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda tetapi akan menimbulkan keseimbangan.”
“Sehingga keduanya harus tetap dijaga. Adalah kesia-siaan dalam membangun atap ketika pilar dirobohkan. Runtuh. Baik pilar maupun atam duanya harus ada guna membentuk sebuah rumah,” tandas Haidar.
Yang lebih bahaya dan lebih kebablasan lagi adalah apabila Prabowo sampai meninggalkan para pejuang, seperti relawan dan tokoh hebat non partisan yang secara mandiri telah berdarah-darah menghantar kemenangan menjadi Presiden terpilih untuk masa bhakti 2024-2029.
Mereka tidak mengeluh atau mengungkap kecewanya secara terbuka, namun do’a mereka yang ditinggal akan mampu merubah keadaan alam semesta.
Oleh karna itu, utamakan dulu membagi penugasan kepada mereka para pejuang yang memiliki kompetensi atau profesional skill pada bidangnya masing masing.
“Saya yakin Prabowo sebagai pemegang hak prerogatif, pasti bisa dan tetap ingin bersama para pejuangnya. Karna demikianlah aslinya Prabowo yang saya kenal, setia dan mengayomi para pejuang dan loyalisnya,” tuntas pendiri Haidar Alwi Care ini.