Salah satu peristiwa yang terjadi 75 tahun silam, yakni pada 10 Juni 1949, telah membumihanguskan Koto Tuo sehingga akhirnya dijuluki dengan sebutan Koto Tuo Lautan Api.
Saat itu hari Jumat, tentara Belanda memasuki Nagari Koto Tuo. Selama 3 jam di sana, mulai pukul 10.00 hingga jam 13.00 WIB, sedikitnya 113 buah rumah masyarakat ludes dilalap si jago merah akibat dibakar para tentara Belanda.
Koto Tuo Lautan Api satu peristiwa dari tujuh peristiwa heroik semasa PDRI.
Peristiwa lainnya adalah konsolidasi komando Sumatera Kolonel Hidayat yang mengutus anak buahnya untuk menyiapkan pusat pertahanan di Kototinggi, Kecamatan Gunuang Omeh pada 19 Desember 1948.
Lalu ada peristiwa pengumuman kabinet PDRI di Halaban 22 Desember 1948. Markas Gubernur Militer di Nagari Kototinggi diserang Belanda dan masyarakat Jorong Ikan Banyak di Kanagarian Pandam Godang yang melancarkan perlawanan di Titian Dalam sehingga menggugurkan 9 Syuhada pada 10 Januari 1949.
Ada lagi peristiwa 15 Januari 1949 saat penyerangan Belanda terhadap pemimpin yang tengah rapat di Lurah Kincia Situjuah Batua, yang menggugurkan pula 69 pahlawan.
Selanjutnya pada 6 Juli 1949 berlangsung perundingan antara utusan pembawa mandat Pemerintah RI dengan pemimpin PDRI di Padang Japang, dan rapat umum pimpinan PDRI dengan masyarakat di Koto Kociak. Saat itu Mr Sjafruddin Prawiranegara dibawa ke Jogyakarta tanggal 7 Juli 1949.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Asisten Administrasi Umum Azuhdi Perama Putra, Camat Harau Jeki Mardonal beserta forkopimca, Pj. Wali Nagari Koto Tuo Elfi Yandri, Babinsa, Babinkantibmas, Niniak Mamak, Bundo Kandung serta Tokoh masyarakat.[def]