Sementara itu, Papua Pegunungan menjadi provinsi peringkat pertama penyumbang inflasi teritinggi di Indonesia dengan tingkat inflasi y-on-y sebesar 5,65 persen.
Mendapati kondisi tersebut, Plt Sekjen Kemendagri, Tomsi Tohir meminta daerah yang inflasinya masih tinggi untuk perlu mengevaluasi berbagai upaya pengendalian inflasi yang dinilai belum maksimal.
Tomsi Tohir juga mengingatkan bahwa berbagai strategi pengendalian sudah sering disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang sudah berlangsung hampir dua tahun.
“Tentunya Bapak/Ibu sekalian sudah hafal di luar kepala, tinggal dicek betul pelaksanaannya di lapangan,” jelasnya.
Upaya pengendalian di daerah ini penting karena bakal berdampak terhadap capaian inflasi nasional. Karena itu, kata Tomsi Tohir, daerah yang masih di atas rerata nasional diharapkan dapat berubah lebih baik. Dengan demikian, mereka dapat berkontribusi positif terhadap pengendalian inflasi secara nasional di bulan berikutnya.
Terlebih, tambah Tomsi Tohir, saat ini banyak daerah yang dipimpin oleh penjabat (Pj.) kepala daerah, sehingga lebih bisa konsentrasi dan bekerja lebih keras lantaran tak terpengaruh dengan pelaksanaan Pilkada Serentak 2024.
Di lain sisi, Tomsi bersyukur karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia pada bulan Juni mengalami deflasi sebesar 0,08 persen secara month to month (Juni 2024 terhadap Mei 2024).
Sedangkan inflasi secara year on year pada Juni 2024 sebesar 2,51 persen. Ini lebih rendah dibanding inflasi secara year on year pada Mei 2024 sebesar 2,84 persen. Angka ini terbilang baik, meski inflasi Indonesia pernah sebesar 2,28 persen secara year on year pada September 2023.
“Namun demikian, patut kita syukuri bahwa atas kebersamaan kita semua atas kerja keras kita semua angka ini dapat kita capai,” pungkas Tomsi Tohir.[***]