Dari analisis asesmen PIMA di 5 kota percontohan tersebut secara umum disimpulkan, pertama, pada aspek perencanaan bahwa kebijakan dan kelembagaan perencanaan pembangunan di 5 kota percontohan memperoleh skor 2,56 (tinggi); sementara efektivitasnya memperoleh nilai 2,23 (sedang).
Kedua, aspek alokasi memperoleh nilai rata-rata 2,57 (tinggi) dari sisi kebijakan dan kelembagaan, sementara nilai efektivitasnya berada di kisaran 2,30 (sedang).
Ketiga, aspek implementasi bahwa nilai rata-rata kebijakan dan kelembagaan mencapai 2,64 (tinggi) dan nilai efektivitasnya juga mencapai 2,52 (tinggi).
“Hasil analisis asesmen PIMA di lima kota percontohan NUDP secara umun memperlihatkan kondisi yang sudah cukup baik. Rata-rata skor asesmen di aspek perencanaan, alokasi dan implementasi sudah tinggi atau mininal sedang dengan nilai cenderung tinggi. Artinya, lima daerah percontohan NUDP ini dapat dikatakan sudah memiliki modal cukup mumpuni untuk mengelola infrastruktur publik dengan baik,” terang Plh. Sekretaris Ditjen Bangda yang juga Kepala Bagian Perencanaan Setditjen Bina Bangda ini.
Meski begitu, Tjenreng menjelaskan, kalau dilihat lebih detail ke level dimensi dan indikatornya, terlihat bahwa pada tiap aspek asesmen di seluruh daerah perontohan masih memilki kondisi yang berada di rata-rata menengah, bawah, serta rendah.
“Artinya, daerah pilot NUDP masih butuh peningkatan kapasitas sumberdaya pada sektor-sektor spesifik pada aspek PIMA,” jelasnya lagi.
Sementara analisis asesmen MFSA diketahui bahwa dari sisi analisis derajat ketergantungan, seluruh 5 kota percontohan berada pada posisi tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pusat.
“Dengan melihat hasil asesmen itu, Rakor ini menjadi strategis dalam rangka mendorong pemerintah kota untuk menerapkan perencanaan terpadu dan memprioritaskan program investasi yang efisien,” pungkasnya, sebelum membuka acara secara resmi.