Dalam kesempatan itu, Penasihat FKMM, Buya Muhammad Elfisyam menyebutkan, dalam melaksanakan ekspedisi dakwah ini, para mahasiswa atau dai yang turun ke Mentawai ibaratkan dokter yang turun untuk mengobati berbagai penyakit di tengah masyarakat. Oleh karena itu, para dai membawa perbekalan ilmu yang cukup untuk turun melakukan ekspedisi ke tengah masyarakat.
“Oleh sebab itu, para dai harus berilmu sebelum berdakwah, harus lemah lembut saat berdakwah, dan harus bijaksana usai berdakwah. Sumbar menjadi salah satu daerah fokus ekspedisi dakwah, karena Sumbar adalah daerah yang dikenal kuat dalam bernegara dan beragama, dan hal itu harus terus menerus dipertahankan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pembina FKMM, Ustaz Rahmat Ridho menyebutkan, kegiatan Ekspedisi Dakwah Mentawai sendiri telah dilakukan sejak tahun 2018 lalu dengan berbagai kegiatan, mulai dari daurah untuk para dai di dusun-dusun pedalaman, penempatan para dai di setiap dusun selama beberapa bulan, gelaran khitanan massal untuk para mualaf, serta berbagai kegiatan sosial keagamaan lainnya.
Ada pun Ketua FKMM, Ustaz Syaiful Maarif, dalam paparan rencana kegiatannya menyebutkan, ekspedisi dakwah kali ini turut melibatkan para dai/mahasiswa dari 10 kampus, baik kampus di Timur Tengah mau pun sejumlah kampus dalam negeri. “Nantinya, para dai asli dusun kita ajak untuk daurah kajian di Islamic Centren Siberut Selatan, dan tugas mereka di dusun nantinya akan digantikan oleh dai/mahasiswa yang ikut dalam ekspedisi ini,” ucapnya. (Rds)