Situasi Politik Hari Ini Sudah Mirip Seperti Kudatuli, PDIP Melawan Neo Orde Baru

Demokrasi Melawan Pemerintahan Otoriter

Situasi Politik Hari Ini Sudah Mirip Seperti Kudatuli, PDIP Melawan Neo Orde Baru
Diskusi peringatan 28 Tahun Peristiwa Kudatuli (Foto: Tim Media PDIP/MS-MJS, Ist)
120x600
a

JAKARTA, OTONOMINEWS.ID – Aktivis Gerakan Reformasi Partai Rakyat Demokratik (PRD) Wilson Obrigados mengatakan, penting bagi semua orang hari ini untuk mengetahui dan mengingat akan peristiwa berdarah 27 Juli 1996 di kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat, atau yang lebih dikenal dengan peristiwa .

Dia mengungkapkan, Kudatuli adalah peristiwa puncak bagaimana pemerintahan Orde Baru Soeharto merasa resah dan mencoba menggulingkan kepemimpinan dalam memimpin Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Hal ini disampaikan Wilson dalam Diskusi Kudatuli dengan tema: ‘Persepektif Politik Kudatuli: “Perlawanan Terhadap Rezim Otoriter”. Turut hadir dalam diskusi tersebut Sekjen , jajaran DPP PDIP seperti Ribka Tjiptaning, Sri Rahayu, Yuke Yurike, Bonnie Triyana, serta para organisasi sayap partai.

Alumnus Sejarah Universitas Indonesia ini pun menceritakan bagaimana pemerintah Orde Baru Soeharto sangat takut kehadiran Megawati. Menurut dia, karena Megawati mengembalikan marwah Soekarnoisme ke dalam tubuh politik di Indonesia.

“Kita tahu orde baru melakukan De-Soekarnoisasi bahkan membunuh secara ideologi dan politik soekarnoisme itu,” kata Wilson di kantor DPP PDIP, Jakarta, Sabtu (20/7/2024).

“Karena Orde Baru ingin semua seragam di bawah Soehartoisme, tiba-tiba muncul Ibu Megawati, anak biologis Soekarno, yang memimpin satu partai yang membawa Soekarnoisme secara tidak langsung, baik simbol-simbolnya maupun ideologi dan pemikirannya. Dan itu saya pikir menjadi ketakutan mendasar dari Soeharto terhadap munculnya PDI di pembinaan Ibu Megawati,” bebernya.

Menurut Wilson, Megawati yang membawa ideologi marhaenisme dan soekarnoisme dianggap mengancam ideologi negara Orde aru.

“Dan kita tahu ideologi dari Soekarnoisme ini mengutamakan yang namanya Trisakti; yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, berkarakter secara budaya. Tiga hal ini yang dihilangkan oleh Orde Baru. Tiba-tiba muncul PDI Perjuangan, tiga karakter Trisakti ini yang dibawa oleh Ibu Megawati ke dalam PDI Perjuangan dan wacana-wacana politiknya. Nah ideologi Trisakti ini kemudian membangkitkan yang namanya Wong Cilik,” jelas dia.

Lihat Juga :  Megawati Tertawa, dan Nyatakan Siap Dihadirkan Dalam Sidang PHPU di MK

Wilson pun mengulas kehadiran Wong Cilik ini yang melekat dan melabelkan PDI sebagai partai Wong Cilik jelas berkontradiksi dengan identitas politik orde baru yang bersandar pada ABRI, Birokrat, dan Golkar. “Ini sebuah tantangan terbuka arus bawah atau masa Wong Cilik melawan kekuasaan oligarki yang diwakili oleh negara Orde Baru Soeharto saat itu melalui partainya Golkar, kira-kira begitu,” tutur dia.

r

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

f j