Hasto pun turut mengajak seluruh kader untuk merefleksikan perjuangan dari Bapak Proklamator Ir Soekarno atau Bung Karno ketika diasingkan di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dimana, di tengah intimidasi dan kekangan dari pemerintahan kolonial Belanda, Bung Karno justru menyatu dengan kekuatan rakyat atau akar rumput.
Bung Karno, kata Hasto, justru melakukan konsolidasi dan menggalang kekuatan dengan rakyat untuk melawan pemerintahan kolonial.
“Jadi saudara-saudara sekalian, kalau pelatihan yang kognitif, strategi komunikasi itu bisa dibaca, tetapi yang spirit ini ini saudara-saudara menemukan di dalam suatu diri anda pribadi, suatu motif, suatu landasan, mengapa saya berjuang,” ungkap Hasto.
“Ketika saudara-saudara menemukan itu saudara akan menjadi seorang pejuang yang semangatnya tidak pernah kendor, yang ketika menghadapi berbagai tembok-tembok penghalang saudara-saudara sekalian mampu menjebol tembok tembok penghalang itu selama saudara punya spirit. ini kuncinya,” sambung dia.
Hasto pun meminta kepada kader Partai yang mendapat penugasan untuk maju Pilkada tidak berkecil hati ketika hanya memiliki logistik terbatas.
Menurutnya, hal itu justru harus menjadi penyemangat bagi kader untuk semakin ‘menjebol’ batasan-batasan untuk memenangkan hati rakyat.
“Saudara menjebol elektoral rendah dengan bekerja keras, karena ini adalah keputusan partai. Karena kita yakin meskipun calon ini tidak punya uang tetapi dia menjadi pemimpin yang bisa mengatasi berbagai problematika yang ada di Jakarta misalnya,” pungkasnya.