“Yang mendominasi sekarang adalah kebaya kerancang itu bagian dari peradaban Cina yang masuk ke Indonesia,” jelas Tantri.
Sementara itu, Nunun Daradjatun dari Perhimpunan Kebayaku juga turut berbicara tentang pentingnya kebaya dalam budaya Indonesia. Menurutnya, kebaya memiliki makna yang sangat tinggi karena merupakan bagian dari tradisi keluarganya.
“Bagi saya maknanya tinggi sekali, karena kebetulan keluarga kami, ibu saya juga mengajarkan saya untuk selalu dalam acara-acara tertentu, khususnya acara-acara kenegaraan, apakah dalam mendampingi suami, apakah itu dalam acara-acara adat, dst. Kami memang diminta dan diharuskan, diwajibkan kalau di keluarga untuk memakai kebaya,” ungkap Nunun.
Ia juga berharap agar Hari Kebaya Nasional tidak hanya menjadi euforia sesaat, tetapi menjadi kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya yang diwariskan oleh leluhur.
“Harapannya kami mohon agar ini bukan hanya euforia sesaat, tapi kami menginginkan kebaya menjadi sebuah kenyataan kebanggan kecintaan kita terhadap budaya yang diwariskan oleh pewaris-pewaris kita terdahulu,” harapnya.
Senada, Sendy dari Perhimpunan Kebayaku juga mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk mencintai dan melestarikan kebaya Indonesia. Hal tersebut penting agar kebaya Indonesia tidak punah.
“Kami dari Perhimpunan Kebayaku ingin mengimbau seluruh perempuan di Indonesia untuk mencintai kebaya Indonesia dengan cara bangga memakainya, dan mengajak anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa untuk mencintai dan bangga mengenakan kebaya Indonesia. Hidup Kebaya Indonesia, Hidup Perhimpunan Kebayaku!” tegas Sendy.
Dalam kesempatan tersebut, Ibu Iriana Joko Widodo juga mendapatkan penghargaan Ibu Bangsa yang diserahkan secara langsung oleh Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo.[***]