Disebutkan juga, peretas yang sudah bergabung dalam forum jual beli hasil peretasan itu menawarkan seluruh data tersebut sebesar US$ 10.000 atau sekitar Rp 159,4 juta.
Peretas juga disebut-sebut membagikan sampel data berisi 128 ASN yang berasal dari berbagai instansi di Aceh.
Mengenai hal ini, Pratama mengatakan, CISSReC sudah melakukan verifikasi secara random terhadap 13 ASN yang namanya tercantum dalam sampel data tersebut melalui WhatsApp.
“Menurut mereka data tersebut adalah valid meskipun ada yang menginformasikan tentang adanya kesalahan penulisan digit terakhir pada field NIP dan NIK,” ujarnya.
BKN Lakukan Investigasi
Merespons kabar tersebut, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum, dan Kerja Sama (BHHK) BKN, Vino Dita Tama, mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan investigasi atas dugaan kebocoran data tersebut.
“Sedang dilakukan investigasi,” ujar Vino kepada detikcom.
Namun demikian, Vino enggan menjelaskan lebih lanjut terkait investigasi tersebut maupun dampaknya ke kementerian/lembaga (KL). Belum dapat dipastikan juga apakah hal ini akan berpengaruh ke proses pengadaan Aparatus Sipil Negara (ASN) melalui seleksi Calon ASN (CASN) yang seharusnya akan segera dibuka.
Sebagai tambahan informasi, menjelang HUT RI ke-79 data pemerintah RI telah beberapa kali mengalami serangan. Pada bulan Juni lalu, Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) RI juga telah mengalami gangguan akibat serangan siber ransomware. Pada kala itu, disebutkan pelaku minta tebusan hingga Rp 131 miliar.[***]