Pameran Regional Koleksi Filologika Digelar di Lampung, Ikhtiar Menghidupkan Kembali Warisan Aksara Sumatera

Pembukaan Pameran Regional Koleksi Filologika yang digelar di Bandar Lampung. Provinsi Lampung/mel-otn
120x600
a

Museum juga harus aktif mendukung program-program yang terkait dengan upaya mencerdaskan bangsa, memperkukuh wawasan nusantara, dan menguatkan jati diri segenap masyarakat Indonesia.

Dengan mendukung program-program ini, museum dapat menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, serta menjadi sumber inspirasi bagi generasi masa depan.

Pj. Gubernur dalam sambutan tertulisnya juga menyatakan bahwa pameran ini dapat menjadi media pendidikan yang berharga bagi generasi muda. Melalui pameran ini, masyarakat dapat mengenal, memahami, dan mengapresiasi kekayaan budaya bangsa melalui aksara.

“Saya berharap akan ada kegiatan seperti ini lagi di masa mendatang, sehingga upaya pelestarian kebudayaan dapat memperlihatkan bentuk yang nyata. Pameran ini adalah langkah awal, dan kita harus terus bergerak maju untuk memastikan budaya kita tetap hidup dan berkembang,” ujar Pj. Gubernur.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulpakar menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah agenda pameran tahunan yang dilakukan oleh seluruh museum se- Sumatera. Pameran ini dilakukan dengan konsep pameran bersama, di mana koleksi yang dipamerkan berasal dari museum-museum se- Sumatera.

Pada tahun 2024 UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung menjadi tuan rumah penyelenggara pameran regional se-Sumatera koleksi filologika, sesuai dengan hasil rapat Museum Sumatera di Aceh pada tahun 2023 silam.

Pameran regional ini bekerja sama dengan 8 museum se-Sumatera, di dalam pameran ditampilkan berbagai koleksi naskah kuno dengan berbagai media tulis aksara dan bahasa dari 8 daerah yang ada di Sumatera.

Penyelenggaraan pameran regional bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dalam pelaksanaan tatanan pameran, meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai aksara serta kekayaan warisan budaya Indonesia karena tidak banyak suku bangsa yang mempunyai aksara, dan terakhir silaturahmi antar museum se-Sumatera yang memang setiap tahun dilaksanakan.[mel]

r
Lihat Juga :  Pelajar Depresi, Terlapor Pemerkosaan Masih Keliaran di Bandar Lampung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *