RUSIA, OTONOMINEWS.ID – Indonesia dan Rusia berpeluang mendirikan kampus bersama di bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi.
Tim Rusia melalui St.Petersburg University (SPBU) serta dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) segera membahas detil teknis kerja sama tersebut.
Hal itu terungkap di dalam pembicaraan delegasi Indonesia yang dipimpin Prof.Dr.Megawati Soekarnoputri, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dengan delegasi SPBU Rusia dipimpin Rektor Prof. Nikolay Kropachev.
Pertemuan dilakukan di kantor Rektor Universitas St. Petersburg, pada Senin (16/9/2024).
“Terima kasih banyak sudah mampir. Hari ini hari yang agung dan luar biasa bagi kami. Saya tentu saja mendengar soal ibu dan rekam jejak ibu memperkuat kemampuan Indonesia, Ibu Mega terkenal kokoh dan teguh melindungi kepentingan negara dan bangsa Indonesia,” kata Nikolay memulai pembicaraan hari itu.
Nikolay Kropachev lalu memberi penjelasan panjang tentang rekam jejak kampus tertua di Rusia itu. Ia juga menjelaskan berbagai kerja sama yang sudah dilakukan kampu tersebut dengan berbagai negara di dunia.
Menurutnya, SPBU sudah mendirikan kampus perwakilan di setidaknya 10 negara seperti China, Korea Selatan, Italia, Spanyol, dan Serbia. Bahkan sampai membuka cabang di negara seperti China dan Uzbekistan.
“Kami sangat senang bila ada kesempatan membuka perwakilan atau cabang di Indonesia,” kata Nikolay.
Menurutnya, ada 500-an program studi yang dikover oleh kampus, dan kerja sama bisa dilakukan berdasarkan kebutuhan Indonesia.
Satu hal lagi, pihak SPBU mendorong agar kerja sama pendidikan juga melibatkan pelaku ekonomi diantara dua negara. Ia mencontohkan, dengan Azerbaijan, kerja sama pembangunan kampus bersama juga didukung oleh pebisnis migas Rusia dan Azerbaijan.
“Satu contoh lagi, di Mesir, sesuai keinginan Mesir, kami buka kedokteran dan IT. Pengajaran dua bahasa yakni Inggris dan Arab, di masa depan kami rencanakan mengajar dengan bahasa Arab saja,” kata Nikolay.
Ia juga mengakui bahwa keinginan mereka membuka kampus bersama di Indonesia, adalah sejalan dengan perintah Presiden Rusia, Vladimir Putin.