“Pada 2025 nanti juga tersedia bantuan ternak masing-masing 20.000 ayam, 20.000 itik dan 10.000 puyuh. Kita perkirakan pada 2026 bantuan unggas bisa mencapai satu juta,”ungkapnya.
Disebutkannya, dalam penyaluran bantuan tersebut, Pemprov Sumbar menggunakan skema menampung proposal permohonan dari masyarakat. Permohonan dapat disampaikan melalui Dinas Peternakan kabupaten dan kota, juga bisa langsung ke Disnak dan Keswan Sumbar.
Untuk bantuan tersebut diberikan dalam bentuk kelompok usaha. Masyarakat diminta untuk berkelompok. Kemudian kelompok juga terdaftar pada Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (Simluhtan). Mereka nantinya akan diverifikasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian dan Peraturan Gubernur.
Jika sudah memenuhi syarat, maka bantuan dapat disalurkan. Mereka yang mendapatkan bantuan nantinya akan mengelola ternak unggas dalam dua metode. Metode tersebut juga sesuai dengan yang ditetapkan oleh kabupaten dan kota. Metode pertama adalah dengan sistem pengelolaan koloni, metode lainnya dengan disebar pada masing-masing anggota.
Setelah bantuan sampai pada masyarakat, ternak akan diawasi oleh penyuluh. Peternak bisa menyusun manajemen pengelolaan sendiri. Terutama kapan saatnya memanen dan kapan saatnya untuk pengembangan populasi.
“Jadi mereka tidak kita tuntut untuk merawat terus menerus, Tapi ada waktunya mereka harus memanen sehingga bisa dimanfaatkan untuk opersasional dan pakan,”ujarnya.
Khusus bantuan ayam, diserahkan ada petani pada umur 8 sampai 10 minggu. Sehingga begitu sampai di masyarakat tidak lama langsung bertelur. Ayam itu nantinya bisa berproduksi telur hingga 2 tahun.
Untuk itik diserahkan pada umur 10 sampai 12 minggu, sampai di masyarakat langsung bertelur. Lama produksi telur itik juga sama dengan ayam sekitar 2 tahun. Untuk ternak puyuh diserahkan pada masyarakat pada umur 31 sampai 35 hari, maka langsung bertelur. Puyuh juga bisa bertelur hingga 2 tahun.
“Jika dirawat dengan baik afkirnya sekitar 2 tahun, jadi cukup lama masyarakat dapat menikmati dari bibit awal. Kalau mereka mengembangkan pada generasi berikutnya, inilah yang kita harapkan dapat meningkatkan populasi,”ujarnya.
Diungkapkannya, selama 3 tahun berturut-turut menyalurkan bantuan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar sangat berdampak pada perekonomian masyarakat. Sehingga ada dorongan untuk meningkatkan populasi dengan munculnya permintaan mesin penetas, mesin pengolahan kompos dan mesin pemotong rumput.
Diketahui, selain unggas Pemprov Sumbar juga mengalokasikan bantuan lainnya. Seperti kambing dan sapi. Hanya saja jumlah tidak banyak seperti unggas, mengingat masih ada kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Akibatnya lalulintas sapi terbatas.
Tercatat, bantuan sapi baru mulai disediakan pada 2024 dengan total 100 ekor untuk 10 kelompok. Dengan peruntukan 10 ekor masing-masing kelompok. Kemudian kambing, bantuan ini baru tersedia pada 2023 dengan jumlah 2.000 ekor untuk 40 kelompok, masing-masing kelompok mendapat 50 ekor.
Kemudian pada 2024 dialokasikan sebanyak 600 ekor untuk 20 kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan sebanyak 30 ekor.
Bantuan lainnya pada 2023 ada 8 unit mesin pengolah kompos untuk 8 kelompok. Ditambah 10 tetas untuk 7 kelompok, 10 unit mesin pencacah sawit untuk 10 kelompok, 5 paket mesin pemotong rumput untuk 5 kelompok. Pada 2024 Pemprov Sumbar kembali menyalurkan bantuan untuk 12 unit mesin pengola kompos untuk 12 kelompok dan 43 unit mesin tetas untuk 43 kelompok.
“Kita perkirakan dengan bertambahnya permintaan alat tetas ini ada dorongan masyarakat untuk meningkatkan populasi unggas,”pungkasnya.
Dengan bantuan itu, Pemprov Sumbar berharap kesejahteraan petani dan peternak terus meningkat. Kemudian terciptanya swasembada pangan berbahan hewani.(Wan/bud)