“Makanya kapal ini kami pilih. Dan kami juga menaruh harapan besar seluruh masyarkat Gorontalo Se-jabodetabek, dimana kita ini dalam satu kapal bermacam-macam bendera. Namun, yang penting kita satu kapal bagaimana kita bersatu diperantauan, “ujar Herry.
Sementara itu, dilokasi yang sama, Pembina dan Pe asehat Paguyuban Bohulo Ridwan Oliii, dalam sambutannya menyampaikan, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, menjadi tradisi warga Gorontalo dimana pun berada.
Paguyuban Bohulo setiap tahun memperingati Maulid Nabi dengan menampilkan khas budaya Gorontalo. Perayaan terlaksana dengan baik dilakukan dengan kebersamaan, gotong – royong dan bergerak dibida.g sosial. Tidak membedakan – bedakan antara satu dengan yang lainnya. Yang jelas, Paguyuban Bohulo, berdiri sendiri dan bersatu padu sehingga apa yang diinginkan itu tercapai.
Pihaknya meminta, apabila bergabung di Paguyuban Bohulo itu bukan berdasarkan pertemanan, namun melalui persaudaraan. Kalau secara saudara, maka apapun yang terjadi tetap menjadi saudara.
“Kita merantau berarti kita sudah bersaudara. Beda ketika kita di kampung sendiri, tidak saling kenal, tidak saling sapa. Tapi ketika ditanah rantau beda, seperi saudara sendiri. Itulah Paguyuban Bohulo yang kami jalanj, Ayo dari Lamahu, dan KKIG, kita gabung, bersama kita angkat nama Gorontalo. “ucapnya.
Iwan, mengaku bangga dengan Paguyuban Bohulo yang mengangkat nama Gorontalo dengan mengikuti Pentas Seni Budaya Nusantara di Jakarta belum Gorontalo meraih rangking 2 dari 17 Provinsi, mengalahkan Papua, Bali, Sumatera dan probinsi lainnya. Selain itu, meraih beberapa penghargaan pada pentas seni Budaya di wilayah Bogor. Sanggar Paguyuban Bohulo tersebut di pimpin oleh Ria Habibie.
“Dengan musyawarah dan kebersamaan anggota Paguyuban Bohulo, maka kami bisa tampilkan seni dan budaya, untuk mengangkat nama Gorontalo. Kami tidak hanya berbicara dengan kata – kata tapi kita tunjukkan dengan cara yang nyata. Itulah kami Paguyuban Bohulo,” pungkas Ridwan.