Soni mengatakan Megawati pada 2003 juga punya keresahan melihat anak-anak di Papua sulit mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.
“Seorang ibu yang namanya Ibu Megawati Soekarnoputri, pada 2003 itu merasa iba, dimana ini anak Papua terlantar pendidikannya. Sampai kapan Papua bisa sederajat dengan daerah lainnya?” kata dia.
Sejumlah akademisi dan birokrat kemudian mendatangi Megawati, lalu dibentuklah STIPAN agar anak-anak di Papua bisa bersekolah sampai perguruan tinggi.
“Sama Ibu (Megawati, red) didorong, tampung semua anak Papua untuk bersekolah, lalu berdirilah STIPAN ini,” kata Soni.
Dia mengatakan kehadiran Hasto di STIPAN pada Kamis ini menjadi semacam silaturahmi karena Megawati menjadi inisiator dan pembina pembentukan kampus berdiri pada 2003 itu.
Soni berharap kehadiran Hasto bisa menjaga semangat pembentukan STIPAN, yaitu demi menguatkan SDM di Papua.
“Kehadiran Pak Sekjen ini adalah menyambung silaturahmi antara inisiator awal, pendorong awal, pembina awal Ibu Megawati, sekarang hadir Pak Hasto, supaya nyambung semangat ini. Kenapa Papua? Itulah sejarahnya. Karena itu kami dekat dengan anak Papua. Bukan mengecilkan suku lainnya,” katanya.
Soni dalam pidato kemudian turut berbicara tentang visi STIPAN untuk menjadi perguruan tinggi unggul yang berwawasan kebangsaan.
Menurutnya, Megawati menjadi sosok yang menyarankan STIPAN bisa menaruh soal berwawasan kebangsaan dalam visi kampus.
“Visi ini penting untuk menjadi perguruan tinggi yang unggul di bidang terapan ilmu pemerintahan dan terapan ilmu politik yang ini, nah, ini atas saran dan nasihat Bu Megawati, ada yang-nya, ada sampai sekarang masuk dalam visi, yang berwawasan kebangsaan kami menjadi unggul. Oleh karena itulah, tema hari ini temanya wawasan kebangsaan dalam rangka menjabarkan visi dan misi STIPAN,” kata Soni.