Dalam ruang konvensional, benih yang dihasilkan berkisar antara 4-6 biji per umbi. Namun, di greenhouse mereka, benih G0 dapat menghasilkan 30-50 biji per umbi. Ini menunjukkan betapa efektifnya metode budidaya yang diterapkan.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk akademisi, instansi pemerintah, dan DPRD Provinsi, khususnya Irwan Afriadi, telah membantu terwujudnya greenhouse airoponik IoT Smartfarming ini.
“ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di Sumatera,” tambah Dahmi.
Keunggulan benih kentang G0 terletak pada kualitasnya yang lebih sehat, tanpa penggunaan pestisida kimia. Hal ini diharapkan dapat menjawab kelangkaan benih kentang berkualitas yang telah berlangsung sejak 1990 dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Meskipun baru berjalan sekitar satu tahun, greenhouse penangkaran benih kentang IoT Smartfarming ini telah menjadi pusat perhatian di dunia pertanian dan telah meraih berbagai penghargaan di tingkat provinsi maupun nasional.
Dari sini, Kabupaten Solok menetapkan target untuk menjadi “Sumbar Mandiri Benih Kentang 2025,” dengan harapan para petani tidak lagi merugi dan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. (Wan)