MEDAN, OTONOMINEWS.ID – Kisah Bobby Nasution yang sampai ‘disekolahkan’ PDI Perjuangan (PDIP) agar terlihat pantas menjadi kepala daerah, disampaikan oleh Hasto Kristiyanto.
Ironisnya, Bobby belakangan justru mengkhianati pihak yang membesarkannya.
Hal itu disampaikan Hasto Kristiyanto, yang mengaku berbicara sebagai warga negara biasa, bukan dengan label jabatannya sebagai Sekjen PDI Perjuangan.
Hasto hadir dan berbicara di Forum Demokrasi bertajuk “Selamatkan Demokrasi di Sumatera Utara” yang digelar di Kota Medan, Minggu (17/11/2024).
“Ketika mau menjadi calon, Bobby Nasution ini saya sekolahkan ke Banyuwangi. Yakni kepada Abdullah Azwar Anas,” kata Hasto.
Di Sumut, Hasto mengatakan PDIP bahkan sampai mengorbankan salah seorang kader partai di Sumut. Namun belakangan, ternyata ambisi Bobby Nasution ternyata sangat berlebihan.
“Namun kami pikir karena beliau menantu presiden, ia merasa itu sudah merupakan karunia luar biasa. Tapi ternyata keinginannya banyak sekali. Maka saya sampaikan kita tidak bisa bersama lagi,” kata Hasto.
Bahkan Bobby ternyata tidak memiliki kesetiaan sama sekali dan suka berpindah-pindah partai politik. Dari PDI Perjuangan, merapat ke Golkar, lalu kemudian pindah lagi ke Gerindra.
Berbagai kerusakan demokrasi terjadi di pilkada Sumut. Menurut Hasto, mencermati berbagai kerusakan demokrasi tersebut, ternyata Letnan Jendral TNI Purnawirawan Edy Rahmayadi memiliki kesabaran tinggi.
Baginya, Edy menunjukkan sikap yang ksatria karena membuktikan sikap infanterinya yang mottonya adalah hidup atau mati untuk negeri.
“Infanteri tidak pernah main belakang. Tidak pernah mengintimidasi rakyat, apalagi menilang rakyat,” kata Hasto.
“Pemilu Kada di Sumatera Utara sangat berbeda dengan karakter infanteri yang mengedepankan sikap kesatria. Pak Presiden Prabowo sosok kesatria, berbeda dengan satunya”, kata Hasto.