Di sisi lain, Pengurus Masjid Istiqlal, Buchari, dalam sambutannya menekankan bahwa pada Ramadan tahun ini, Masjid Istiqlal memang mengusung konsep hosting, di mana Pemprov Sumbar menjadi pemerintah daerah pertama yang mengambil kesempatan untuk menampilkan budaya dan kuliner daerah di selasar masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
“Kita juga tak bisa menafikan bahwa salah satu pendiri Masjid Istiqlal adalah Bung Hatta, tokoh asal Minangkabau. Lokasi masjid ini dulu merupakan Taman Wilhelmina yang berarti taman merdeka. Setelah taman itu dihancurkan, masjid ini dibangun dengan nama Istiqlal yang berarti kemerdekaan. Ini juga menunjukkan peran besar orang Minang dalam sejarah pembangunan masjid ini,” ujar Buchari.
Sementara itu, dalam laporannya, Hendri Hasbullah dari Biro Kesra Sumbar menyebutkan bahwa kegiatan ini berawal dari pertemuan Gubernur Sumbar dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, yang juga menjabat sebagai Menteri Agama RI. Dalam pertemuan itu, Imam Besar Istiqlal mengusulkan agar salah satu selasar masjid diisi dengan produk dan budaya Minangkabau pada Ramadan tahun ini.
“Minang Day sendiri berlangsung satu hari pada 18 Maret 2025, dimulai setelah salat Ashar hingga malam setelah Salat Tarawih. Selain pameran seni dan pabukoan khas Minang, juga dilakukan penandatanganan MoU yang bertujuan meningkatkan pengelolaan masjid melalui kerja sama antara Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dengan Masjid Istiqlal,” ujar Hendri Hasbullah.
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Kepala Sekretariat Masjid Istiqlal Neng Fatimah; Direktur Utama Bank Nagari, Gusti Candra; Kabiro Adpim Setdaprov Sumbar, Mursalim; Pengurus Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Taufikurrahman; Ketua IKM DKI Jakarta, Bradity Moulevy; Bundo Kanduang DKI Jakarta; serta Guru Besar Universitas Kuala Lumpur, Prof. Ilham Sentosa. (*)