JAKARTA, OTONOMINEWS.ID – R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, memberikan pandangan terkait gelombang penolakan terhadap RUU TNI yang baru disahkan.
Ia menekankan bahwa setiap kebijakan negara, termasuk revisi ini, harus dilihat dengan kepala dingin dan analisis yang matang, bukan hanya dari perspektif ketakutan masa lalu.
Menurutnya, perubahan pada UU TNI bukan bertujuan mengembalikan praktik dwifungsi militer, melainkan memastikan stabilitas nasional tetap terjaga.
Keamanan yang kuat akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat, sehingga pemahaman yang komprehensif sangat diperlukan sebelum menilai kebijakan ini secara negatif.
Mahasiswa Harus Jadi Katalis Dialog, Bukan Oposisi Tanpa Solusi.
Merespons demonstrasi mahasiswa yang menolak RUU TNI, Haidar Alwi menegaskan bahwa sikap kritis harus diiringi dengan solusi. Protes tanpa tawaran alternatif hanya akan memperkeruh keadaan tanpa hasil nyata bagi bangsa.
“Demokrasi bukan hanya tentang menolak, tapi juga bagaimana membangun dialog yang solutif. Mahasiswa memiliki peran penting dalam mengawal kebijakan negara, namun peran itu harus dilakukan dengan bijaksana, bukan sekadar turun ke jalan tanpa pemahaman mendalam,” ujar Haidar Alwi. (Kamis 20/03/2025)
Ia mengajak mahasiswa untuk membuka ruang diskusi dengan pemerintah dan DPR guna mencari titik temu terbaik bagi semua pihak. Sikap terbuka terhadap dialog akan lebih bermanfaat bagi masa depan bangsa daripada sekadar demonstrasi yang berujung kebuntuan.
Menepis Narasi Kembali ke Orde Baru.