JAKARTA, OTONOMINEWS.ID – R. Haidar Alwi mengapresiasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo atas langkah cepatnya dalam mengusut kasus teror terhadap kantor redaksi Tempo.
Pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute itu menilai instruksi Kapolri kepada Kabareskrim untuk menyelidiki kasus Teror Tempo menunjukkan komitmen kepolisian dalam menegakkan hukum dan melindungi kebebasan pers.
“Saya sangat mengapresiasi Kapolri yang langsung bergerak cepat untuk mengusut kasus ini. Teror dalam bentuk apa pun tidak boleh dibiarkan, terutama jika sasarannya adalah jurnalis yang menjalankan tugasnya,” ujar Haidar Alwi.
Meski demikian, Haidar memberikan catatan kritis terhadap Tempo yang dia nilai kerap mengambil posisi konfrontatif terhadap pemerintah. Bahkan dengan narasi yang sering kali tidak berimbang.
Tempo: Media atau Oposisi Terselubung?
Haidar Alwi menyoroti bahwa dalam banyak pemberitaannya, Tempo lebih sering menyerang kebijakan pemerintah ketimbang memberikan informasi yang objektif dan edukatif kepada masyarakat.
Sikap seperti ini, menurutnya, membuat Tempo lebih mirip sebagai alat propaganda ketimbang media jurnalistik yang seharusnya netral.
“Pers seharusnya menjadi mata dan telinga masyarakat, memberikan berita yang akurat, bukan sekadar memainkan opini dan narasi yang hanya menguntungkan satu pihak. Namun, kita bisa lihat sendiri, Tempo sering kali hanya mencari sisi negatif dari pemerintah tanpa pernah menampilkan pencapaian atau kebijakan yang telah berhasil,” kritik Haidar Alwi.
Ia juga menekankan bahwa kebebasan pers bukanlah kebebasan untuk menebar sentimen anti-pemerintah. Sebuah media harus bekerja berdasarkan fakta, bukan sekadar memainkan emosi publik dengan narasi tendensius yang bisa memperkeruh situasi.
“Bukan rahasia lagi jika Tempo selama ini sering menyajikan berita yang menyerang pemerintah dengan tajam, tetapi cenderung mengabaikan pencapaian yang positif. Jika sebuah media hanya fokus pada kritik tanpa solusi, itu bukan lagi media, tetapi sudah menjadi alat kepentingan tertentu,” tegas Haidar Alwi.